Selamat datang, selamat bergabung di blog ini. || Semoga bermanfaat..... ||

Senin, 27 April 2015

Seminar Awam "Pembedahan Tumor Kandungan dengan Minimal Invasive"



Cuplikan video suasana Seminar Awam "Pembedahan Tumor Kandungan dengan Minimal Invasive" yang diselenggarakan oleh GMITS bekerja sama dengan RS.Bedah Surabaya pada hari Sabtu, tanggal 25 April 2015 di Functional Hall RS.Bedah Surabaya Lantai.2

Selasa, 24 Maret 2015

UNDANGAN SEMINAR LAPAROSKOPI GINEKOLOGI

Silakan untuk hadir di acara Seminar kami dengan topik : TUMOR KANDUNGAN DENGAN PEMBEDAHAN MINIMAL INVASIF.
Di selenggarakan pada hari, Sabtu. 25 April 2015 dengan tempat di Function Hall RS.Bedah Surabaya, jl.Raya Manyar No.9 Surabaya. GRATIS (Kapasitas Peserta TERBATAS!!)
Informasi lebih lengkap silakan lihat gambar dibawah ini


Minggu, 19 Januari 2014

LAPAROSKOPI HISTEREKTOMI (Angkat Kandungan)



HISTEREKTOMI adalah suatu tindakan pembedahan kandungan untuk mengangkat/mengambil rahim atau uterus sehingga setelah tindakan tersebut dilakukan maka wanita tersebut tidak bisa hamil atau tidak bisa haid lagi.
Di United Kingdom (UK) tindakan ini dilakukan sekitar 60.000 setiap tahunnya atau sekitar 20% wanita akan menjalani operasi ini. Wanita berusia antara 40-50 tahun pada umumnya menjalani tindakan histerektomi ini.
LAPAROSKOPI HISTEREKTOMI adalah tindakan pengangkatan atau pengambilan rahim dengan melalui pembedahan 'laparoskopi'. Dengan tindakan laparoskopi histerektomi ini maka tingkat rasa nyeri pasca operasi akan lebih rendah sehingga masa penyembuhannya juga lebih cepat dibandingkan histerektomi via laparotomi bahkan lama perawatan di rumah sakit juga lebih pendek.  
KENAPA PERLU DILAKUKAN LAPAROSKOPI HISTEREKTOMI ? Tindakan ini dilakukan untuk mengatasi atau mengobati masalah-masalah yang terjadi pada kandungan seperti;
   - Perdarahan uterus/rahim abnormal
   - Mioma (miom ) Uteri - tumor jinak rahim
   - Endometriosis
   - Kista Ovarium ( jinak )
   - Nyeri Panggul Kronis
   - Kanker Rahim & Mulut Rahim ( stadium awal )
ADA BERAPA JENIS LAPAROSKOPI HISTEREKTOMI ? Didapatkan 4 (empat) jenis laparoskopi histerektomi yaitu;
Pertama, Laparoscopic Assisted Vaginal Hysterectomy (LAVH), histerektomi yang dilakukan dengan bantuan laparoskopi kemudian sebagian besar dilanjutkan  tindakan pengangkatan uterus melalui vagina. Kedua, Laparoscopic Supracervical Hysterectomy (LASH), histerektomi yang semua tindakannya dilakukan melalui laparoskopi namun mulut rahim (portio/cervix) tetap dipertahankan tanpa diangkat/diambil. Ketiga, Total Laparoscopic Hysterectomy (TLH), histerektomi yang semua tindakannya dilakukan melalui laparoskopi secara total termasuk mulut rahim (portion/cervix) ikut diangkat/diambil juga. Kempat, Radical Laparoscopic Hysterectomy (RLH), histerektomi yang dilakukan pada kasus kanker mulut rahim stadium awal dimana kedua indung telur dan kelenjar getah bening harus diangkat yang dilakukan secara laparoskopi.
PERLU DISKUSI LEBIH LANJUT, sebagian kasus histerektomi (termasuk laparoskopi histerektomi) diikuti dengan pengangkatan mulut rahim (portio/cervix) dan atau indung telur (ovarium). Keputusan pengangkatan mulut rahim dan atau indung telur saat histerektomi sangat tergantung pada perasaan/'feeling' seorang pasien, riwayat medis sebelumnya dan rekomendasi dokter. Oleh karena itu perlu diskusi lebih lanjut dengan dokter tentang apakah mulut rahim dan atau indung telurnya harus diangkat juga atau tidak saat dilakukan histerektomi nantinya.
Gb.1 Rahim yg dilakukan TLH karena endometriosis
Gb.2 Rahim yg dilakukan TLH karena miom dirongga rahim

Senin, 12 April 2010

Endometriosis



Apa itu definisi Endometriosis ?

Endometriosis adalah salah satu penyakit kandungan dimana tumbuhnya kelenjar endometrium di luar rongga rahim. (Kelenjar endometrium ini normal berada di dalam rongga rahim/cavum intra-uterin) Kelenjar endometrium ini menghasilkan darah haid setiap bulannya pada seorang wanita yang mempunyai rahim yang normal. Kelenjar endometrium yang tumbuh di luar rongga rahim pada endometriosis (exo-endometrium) ini mempunyai sifat yang hampir mirip kelenjar endometrium di rongga rahim(eu-endometrium) yaitu sama-sama menghasilkan darah haid.

Bagaimana gejala-gejala klinis Endometriosis ?

Endometriosis ini secara garis besar mempunyai 3 macam gejala klinis yaitu; Pertama, nyeri (terutama nyeri haid/dismenore, selain itu dapat berupa nyeri saat senggama/disparenia bahkan nyerinya tidak khas kadang-kadang nyeri perut bagian bawah di luar haid). Kedua, gangguan kesuburan/infertilitas, sekitar 60-70% penderita endometriosis mengalami gangguan kesuburan. Dan yang ketiga, adanya kista yang disebut dengan nama kista endometriosis atau kista coklat atau endometrioma serta adanya tumor berupa adenomiosis (pembesaran rahim mirip dengan mioma uteri tetapi pada adenomiosis pembesaran rahimnya merata/difus sehingga sulit klo hanya mengangkat adenomiosisnya saja, hal ini berbeda dengan mioma uteri

Berbahayakah Endometriosis bagi seorang wanita ?

Sebagian besar (sekitar 90-95%) endometriosis ini bersifat jinak sehingga tidak mengancam nyawa namun penyakit ini mudah sekali kambuh selama wanita tersebut masih memproduksi hormon estrogen, dengan kata lain selama wanita tersebut masih haid teratur (selama masa reproduktif) karena endometriosis ini pertumbuhannya dipengaruhi oleh hormon estrogen (hormon pada wanita). Endometriosis ini akan berhenti tumbuh dan berkembang jika wanita tersebut sudah MENOPAUSE karena pada wanita menopause kadar hormon estrogen sangat rendah sekali sehingga tidak mampu untuk menstimulasi pertumbuhan endometriosis.
Selain menopause, ada keadaan lain dimana endometriosis juga terhenti perkembangan dan pertumbuhannya yaitu jika wanita tersebut menjadi HAMIL karena kadar hormon progesteron (yang dihasilkan oleh plasenta/ari-ari) pada wanita hamil cukup tinggi. Padahal hormon progesteron ini bersifat anti-estrogen yang dapat melawan/menghambat pertumbuhan endometriosis namun penghambatan pertumbuhan endometriosis ini hanya bersifat sementara yaitu selama hamil saja. Endometriosis akan dapat tumbuh dan berkembang lagi jika ibu tersebut selesai melahirkan. Berbeda halnya dengan menopause yang menetap hingga akhir hayat wanita tersebut. Sehingga pengobatan endometriosis ini dilakukan selama wanita tersebut belum menopause (jangka panjang).
Nyeri haid dan gangguan kesuburan serta adanya tumor merupakan masalah yang cukup mengganggu pada wanita yang menderita endometriosis terutama nyeri haid. Hal ini dapat mengganggu aktifitas wanita tersebut apalagi jika wanita tersebut seorang wanita karier, maka hal ini akan mengganggu 'quality of life' dari wanita itu.

Berdasarkan luas organ reproduksi wanita bagian dalam(genitalia interna) yang rusak akibat endometriosis maka Endometriosis dibagi atas; Endometriosis Ringan, Sedang dan Berat. Endometriosis Ringan jika hanya didapatkan fokus-fokus/bintik-bintik endometriosis pada daerah sekitar organ genitalia interna. Endometriosis Sedang jika (selain didapatkan fokus2 endometriosis) sudah ada perlekatan-perlekatan diantara organ genitalia interna dengan jaringan-jaringan sekitarnya seperi usus, dinding rongga panggul dan kandung kencing, akibat perlekatan-perlekatan tersebut dapat merusak anatomi organ genitalia wanita seperti tuba/saluran telur, rahim ataupun indung telur. Dan Endometriosis Berat jika sudah didapatkan kista endometriosis/ kista coklat/endometrioma yang melekat dan menutupi dinding dasar rongga panggul (cavum douglas/cul de sac). Derajat ini tidak ada korelasi dengan keluhan nyeri pasien. Dapat saja terjadi penderita dengan endometriosis berat tetapi tidak ada keluhan nyeri demikian pula sebaliknya.

Bagaimana menegakan diagnosa Endometriosis ?

Sebagai standar baku ("gold standard") untuk menegakkan adanya endometriosis adalah dengan melakukan laparoskopi pada seorang wanita yang diduga menderita endometriosis. Karena dengan laparoskopi banyak informasi yang didapat tentang penyakit ini tertutama endometriosis ringan dan sedang dimana pada endometriosis derajat ini hanya didapatkan fokus-fokus endometriosis dan perlekatan-perlekatan yang tidak bisa dideteksi hanya dengan periksa dalam/pemeriksaan fisik dan USG saja.


Sedangkan jika sudah didapatkan kista endometriosis/kista coklat/endometrioma sudah dapat dideteksi hanya dengan USG vagina sehingga untuk mendeteksi adanya kista ini tidak perlu dengan laparoskopi cukup dengan USG saja, namun operasi kista saat ini juga dapat dilakukan dengan operasi laparoskopi. Jadi peran laparoskopi disini tidak hanya sebagai alat diagnostik ('diagnostic laparoscopy') tetapi juga dapat sebagai suatu metode untuk mengobati/mengangkat/mengoperasi endometriosis ('operative laparoscopy').

Bagaimana penanganan/pengobatan Endometriosis ?

Penanganan endometriosis tergantung pada keluhan yang menonjol pada wanita endometriosis atau dengan kata lain pengobatan endometriosis ini tergantung pada tujuan wanita tersebut datang ke dokter, apakah tujuannya untuk menghilangkan nyeri haidnya ataukah tujuan untuk ingin punya anak (IPA) / mengatasi gangguan kesuburan.
JIka tujuannya untuk menghilangkan nyeri maka pertama-tama daoat diberikan obat-obatan anti-nyeri seperti; analgetik (Asam mefenamat, NSAID/non steroid anti inflamasi drug) selain itu diberikan pula obat-obatan untuk menekan agar hormon estrogen wanita tersebut tidak tinggi seperti obat-obat minum (oral) berupa pil kontrasepsi oral, preparat turunan progesteron (seperti danocrine) atau pil progesteron sintetis (seperti noretisteron, medroxy progesteron asetat). Selain itu dapat juga diberikan obat suntik seperti injeksi progestagen (injeksi depo provera/KB suntik), injeksi GnRHa (seperti Tapros, Endrolin,dsb). Jika dengan obat-obatan tersebut tidak dapat mengatasi rasa nyerinya yg hebat maka tindakan operasi/pembedahan berupa histerektomi/angkat kandungan merupakan alternatif terakhir bagi seorang wanita endometriosis dengan keluhan nyeri hebat. Sebagai catatan, obat-obatan hormonal yang menekan produksi hormon estrogen ini dapat menekan proses pembuahan/ovulasi bagi wanita tersebut sehingga wanita-wanita yang dalam terapi hormonal ini tidak akan terjadi kehamilan.
Jika tujuan wanita endometriosis ini adalah ingin punya anak maka wanita endometriosis ini sebaiknya dilakukan program kehamilan baik dengan cara alamiah (tanpa teknologi reproduksi bantuan/'assisted reproduction technology') ataupun dibantu program hamilnya dengan teknologi reproduksi bantuan (TRB) seperti inseminasi intra-uterin atau bayi tabung ('invitro fertilization'/ivf). sebaiknya wanita endometriosis yang melakukan program kehamilan harus diawasi oleh dokter ahli atau sebaiknya dilakukan di klinik-klinik infertilitas karena obat-obat penyubur dapat memicu timbulnya kembali/kambuh endometriosis wanita tersebut. Sehingga wanita dengan endometriosis yang mengikuti program ingin punya anak mempunyai risiko kambuh kembali endometriosis sekitar 30% oleh karenanya perlu perhatian/penanganan khusus bagi wanita endometriosis yang ingin mendambakan seorang anak.

Bagaimana jika wanita endometriosis ingin mengatasi nyeri & gangguan kesuburan bersama-sama ?

Ini merupakan pertanyaan yang sulit untuk dijawab karena pengobatan untuk mengatasi nyeri & pengobatan untuk mengatasi gangguan kesuburan saling bertolak belakang. Pengobatan untuk atasi nyeri akan menekan kesuburan sedangkan pengobatan atasi kesuburan akan menstimulasi pertumbuhan endometriosis sehingga nyerinya sulit sembuh. Untuk itulah perlu diskusi bersama antara wanita tersebut sebagai pasien endometriosis, suami/keluarga dan dokter yang menanganinya untuk memilih dan menentukan mana yang paling prioritas bagi pasien & suami/keluarganya apakah atasi nyerinya ataukah ingin punya anak?

Rabu, 24 Maret 2010

Gambaran teknis tindakan LAPAROSKOPI

Pada saat dilakukan laparoskopi, rongga perut penderita di'kembung'kan dengan cara diisi gas CO2 pada rongga perut tersebut.
Setelah dikembungkan, baru dimasukan lensa laparoskopi (laparoscope) ke dalam perut dimana lensa tersebut dihubungkan ke monitor TV melalui sistim kamera video. Sehingga isi rongga perut pasien terlihat pada monitor TV. Selain lensa laparoskopi, ada alat-alat kecil lainnya yang dimasukan ke rongga perut dengan diameter alat-alat tersebut sekitar 5mm (gunting, penjepit/forceps dan instrumen lainnya)

Dengan demikian dokter bedah/operator dapat melakukan tindakan pembedahan di dalam rongga perut dengan tuntunan/'guiding' melalui monitor TV. Sehingga dinding perut pasien/penderita yang dilakukan laparoskopi, setelah selesai operasi laparoskopi, hanya meninggalkan bekas luka kecil/bekas lubang untuk memasukan peralatan laparoskopi tersebut.

Tindakan ini mempunyai keuntungan, rasa nyeri & lama perawatan di RS lebih singkat dibandingkan operasi laparotomi (operasi konvensional yaitu dgn mengiris lebar dinding perut) serta secara kosmetik juga lebih baik dibandingkan laparotomi